Di banyak tempat, di lingkungan masyarakat luar, di berbagai Negara di dunia (terutama di negara–negara berkembang) sekalipun telah mempunyai
sistem ketahanan pangan yang dianggap
modern, masih
sering dijumpai dan terdengar ada orang yang mati kelaparan
karena kekurangan pangan, hidup dalam
kemiskinan, banyak orang jatuh sakit karena kekurangan gizi,
dan lain-lain. Sebaliknya, masyarakat
Baduy yang dianggap sebagai “manusia terbelakang” dan
”miskin,” belum terdengar ada warga Baduy yang meninggal dunia karena kelaparan, kekurangan pangan, atau dilanda banyak
penyakit karena kekurangan gizi.
Dengan mengembangkan model pertanian tradisional secara turun temurun,
Orang Baduy telah menghasilkan panen padi yang melimpah melebihi kebutuhan
hidup sehari-hari. Gabah hasil panen yang mereka hasilkan tiap tahun tak pernah
habis dimakan. Gabah itu disimpan dalam tempat khusus, leuit (lumbung padi) namanya. Sebuah tempat penyimpanan gabah hasil
panen yang dibuat khusus anti gempa, anti rayap dan anti tikus. Leuit dibuat sedemikian rupa, dengan desain
yang unik, sehingga dapat menyimpan gabah hasil panen hingga mencapai umur puluhan
tahun, bahkan ratusan tahun.
Bentuk leuit di tiap
kampung adalah sama dan dibangun di sebelah perkampungan penduduk secara
terpisah. Bahan-bahan bangunan untuk leuit
sama dengan bahan bangunan yang dipakai untuk membuat rumah. Bagian-bagian
bangunan pada leuit terdiri dari: abig-abig, ruang atas berbentuk segi tiga
dan memiliki pintu untuk memasukkan padi ke lumbung; ateup, bagian atap yang terbuat dari daun pohon kiray; panglari, tiang penyangga pada bagian
bawah alas segitiga abig-abig; bongker,
bagian kayu di setiap sisi bangunan untuk kerangka bangunan; gelebeg, kayu yang melingkar di bagian
bawah; panangguey yang berfungsi
mencegah tikus ke dalam lumbung; bilik
pananggeuy, dinding penutup bangunan; tihang,
tiap penopang bangunan; pangeret,
penyangga yang merapat dengan panglari; pananggeuy,
kayu penopang atau alas bangunan paling bawah untuk penyimpanan padi; dan lawang, pintu untuk memasukan dan
mengambil padi di dalam leuit.
Tiap warga Baduy minimal memiliki satu leuit, yang mereka anggap sama pentingnya dengan rumah dan pakaian.
Tanpa leuit mereka bisa merasa kehilangan
kepercayaan diri, ketenangan hidup, bahkan harga diri. Jumlah leuit yang dimiliki tiap warga menjadi
ukuran kesejahteraan dan status sosial ekonomi. Semakin banyak memiliki leuyit yang berisi gabah hasil panen,
semakin dapat dianggap sebagai orang yang berhasil dan sejahtera. Leuit dengan isi gabah hasil panen
merupakan “tabungan” seperti halnya orang luar menyimpan uang di bank. Jika
memiliki banyak gabah yang disimpan, mereka merasa hidup bisa lebih tenang dan
damai, ada simpanan dan jaminan untuk hari esok. Simpanan dan jaminan itu juga
menambah kepercayaan diri dan harga diri mereka dalam pergaulan.
Gabah yang tersimpan dalam leuit
jarang yang mereka pergunakan untuk kebutuhan makan sehari-hari. Gabah–gabah tersebut
sengaja mereka simpan dan dibiarkan begitu saja hingga berumur puluhan bahkan
ratusan tahun sebagai tabungan. Walau tersimpan dalam waktu sangat lama, gabah-gabah
yang tersimpan rapih itu merupakan gabah dengan kualiatas yang terbaik. Hasil
penelitian para ahli benih menyimpulkan gabah-gabah dari huma orang Baduy yang
tersimpan dalam rentang waktu puluhan tahun, masih enak dimakan dan bisa tumbuh
subur jika ditanam kembali di lahan huma. Gabah-gabah itu benar-benar murni,
tanpa terkontaminasi oleh berbagai macam pupuk anorganik.
Orang Baduy tidak mengambil gabah dari leuit untuk dimakan sehari-hari. Nasi yang mereka makan tiap hari sebagai
bahan makan pokok, umumnya bukan berasal dari gabah yang mereka simpan di leuit, melainkan dari beras yang mereka beli
dari pasar di luar. Sedangkan gabah yang tersimpan di leuit dibiarkan menjadi tabungan dan jaminan ketahanan pangan untuk
keperluan hari esok.
Alasannya sangat rasional: jika masih bisa membeli beras dari luar
kenapa harus mengambil tabungan gabah dari leuit.
Sebagai tabungan untuk hari esok, leuit
tidak boleh kosong dan harus tetap berisi gabah sepanjang masa. Jika leuit itu kosong, maka mereka menganggap
dirinya kehilangan harapan dan ketahanan pangan buat masa depan. Gabah-gabah
yang ada di leuit baru akan mereka keluarkan
jika keadaan benar-benar mendesak.
Misalnya saat paceklik (kekeringan, kemarau) dan saat orang-orang di luar Baduy
sedang kelaparan, kekurangan pangan, dan membutuhkan bantuan dari Baduy.
Atau, gabah-gabah itu juga dikeluarkan untuk ditumbuk dalam lesung menjelang
ada acara atau upacara adat dimana mereka harus menyiapkan dan membuat aneka
makanan kue-kue yang terbuat dari bahan pokok beras huma. Makanan jenis kue-kue
yang mereka produksi diantaranya dodol,
pasung, wajik, papais, uli, ranginang. Makanan tersebut tidak dijumpai dihari-hari
biasa. Kue-kue itu ada dan disajikan pada acara-acara seremonial tertentu
seperti dalam acara ngubar pare,
sundatan, kawinan, dan lain-lain. Makanan yang mereka produksi biasanya
padat, tidak lembek, seperti makanan yang biasa ditemui di daerah daerah lain.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kue adalah beras tepung, gula aren,
kelapa dan beras ketan yang diperoleh dari hasil pertanian sendiri. Kekuatan
makanan sejenis kue tersebut, antara lima sampai sepuluh hari lamanya, sehingga
tidak diproduksi pada hari-hari biasa untuk menghindari pemborosan yang sangat
dilarang oleh adat mereka.
Dengan pola ketahanan pangan seperti itu, kini orang Baduy merupakan
pemilik gabah paling banyak di tanah air. Jika gabah-gabah yang terdapat di leuit-leuit di seluruh wilayah
perkampungan Baduy dikumpulkan, niscaya gabah tersebut dapat memenuhi kebutuhan
pangan wilayah kampung dan desa di luar wilayah perkampungan Baduy yang sedang
kekurangan pangan.(UTEN SUTENDY) (***)
Borgata Hotel Casino & Spa, Atlantic City - MapyRO
BalasHapusDiscover MGM Resorts International Casino 강원도 출장샵 Hotel & Spa, Atlantic City, 거제 출장안마 NJ in 수원 출장샵 real-time and see activity.Revenue: 서귀포 출장마사지 $2.14MLocation: 대전광역 출장샵 8.9 Rating: 8.4/10 · 2,976 reviews